Selasa, 20 Maret 2018

DILEMA CINTA PUTRI MANDALIKA

Kisah Putri Mandalika.


DILEMA CINTA

Dewi Seranting, seorang permaisuri Kerajaan Tunjung Bitu sangat beruntung memiliki putri yang cantik jelita hasil dari pernikahannya dengan Raja Tonjang Beru. Dewi Seranting menjadi permaisuri sebuah kerajaan di sekitar Pantai Seger yang memiliki keindahan alam yang luar biasa dan keaneka ragaman hasil karya dari buah-buah tangan yang kreatif, yaitu hasil tenun dan  pernak-pernik yang berasal dari tanah liat.

Putri Mandalika, nama yang diberikan kepada putrinya. Tumbuh menjadi putri yang sangat cantik dan cinta damai. Ramah, tidak sedikitpun terlihat kesombongan dari wajah dan kepribadiannya. Seorang Putri Raja yang sangat terkenal dengan keanggunannya ini, memiliki perilaku yang sangat cinta kepada rakyatnya. Semua orang yang menatapnya selalu terpana akan keelokkan wajahnya. Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting selalu memberikan pelajaran akhlak yang bagus kepada putrinya, mereka tidak ingin kecantikan dan derajat mereka menjadikan kesombongan duniawi.

Hari demi hari, Putri Mandalika bertumbuh menjadi Gadis yang aktif dan pandai berkarya. Ia rajin menularkan kemahirannya dalam membuat kain tenun dan membuat pernak-pernik tanah liat kepada rakyatnya. Berkat keuletan dan kesabarannya, tidak sedikit rakyatnya mendapatkan keahlian kerajinan tangan dari Putri Mandalika. Sampai-sampai hasil karya dari Kerajaan Tunjung Bitu dikenal sampai kerajaan-kerajaan besar tetangga. Kerajaan Johor lebih dahulu terpikat dengan hasil karya dari kerajaan Tunjung Bitu. Informasi mengenai hasil karya Kerajaan Tunjung Bitu semakin mencuat hingga ke Kerajaan Lipur, Pane, Kuripan, Daha, Beru dan kerajaan-kerajaan lainnya.

Hasil karya kerajaan Tunjung Bitu semakin terkenal, ketika semua orang tahu bahwa kain tenun kerajaan Tunjung Bitu dan Pernak-pernik tanah liat dibuat oleh seorang putri raja yang cantik rupawan. Lama-kelamaan kekaguman Tunjung Bitu tertuju kepada kecantikan Putri Mandalika. Semua pengeran kerajaan saling membicarakan kekaguman mereka atas kecantikan dan kebaikan Putri Mandalika. Pembicaraan kecantikan Putri Mandalika membuat Dewi Seranting gelisah.

Kedekatatan hubungan perdagangan Kerajaan Johor membuat Pangerannya berkeyakinan akan dapat meluluhkan hati Putri Mandalika. Namun ternyata, lamaran kepada Putri Mandalika bukan hanya datang dari Kerajaan Johor. Tapi juga kerajaan Lipur, Pane, Kuripan, Daha dan Beru yang juga ingin mendapatkan Putri Mandalika untuk dijadikan permaisuri kerjaannya. Kebesaran cinta Putri Mandalika tidak bisa menyakiti hati orang-orang yang mencintainya, tidak satupun ia terima dan tidak satupun ditolaknya lamaran kepada dirinya.

Perlakuan Putri Mandalika justru membuat para pangeran kerajaan merasa dipermaikan. Akhirnya Putri Mandalika menjelaskan persoalannya satu-persatu kepada para pangeran yang melamarnya. Keresahan yang kuat dirasakan oleh Dewi Seranting, ia mendapat kabar bahwa Pangeran Datu Teruna dari kerajaan Johor tidak menerima perlakuan anaknya. Ia mengancam akan membuat Kerajaan Tunjung Bitu menjadi porak poranda apabila lamarannya ditolak. Hal itu diceritakannya kepada Sang Raja, Raja Tonjang Beru.

Raja mendapat tawaran bantuan dari Kerajaan Lipur atas ancaman dari Kerjaan Johor, namun dengan perjanjian imbalan bahwa Putri Mandalika harus menerima lamaran Pangeran Maliawang dari Kerajaan Lipur. Kabar tersebut terdengar oleh Pangeran Datu Taruna yang membuatnya marah kepada Pangeran Maliawang. Pangeran Datu Taruna merasa ditantang oleh Kerajaan Lipur. Kejadiannya semakin rumit dirasakan oleh Dewi Seranting. Sementara empat kerajaan lainnya sudah menerima kebijakan Putri Mandalika yang tidak menginginkan persaingan diantara semua kerajaan hanya karena ingin mendapatkan dirinya.

Raja Tonjang Beru semakin bingung menghadapi dua Kerajaan Besar sekaligus. Ia mengutus utusannya untuk memaklumi keputusan putrinya. Pangeran Datu Taruna mengutus Arya Bumbang untuk menjawab pesan dari Raja Tonjang Beru. Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk menyampaikan pesan bahwa Pangeran Datu Taruna tidak bisa menerima keputusan Putri Mandalika yang dianggap telah meremehkan kerajaan Johor. Sedangkan Pangeran Maliawang mengutus Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan pesan bahwa Kerajaan Tonjang Beru dianggap menghina Kerajaan Lipur atas penolakan bantuannya terlebih penolakan lamarannya. Ketegangan semakin menjadi ketika Pangeran Datu Teruna memasang Senggeger utusaning Alloh. Tak ingin kalah, Pangeran Maliawang pun melepaskan Senggeger Jaring Sutra. Kedua ilmu pelet tersebut membuat Putri Mandalika mabuk kepayang kepada kedua Pangeran Tersebut. Kepanikan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting semakin menjadi, hingga mengumumkan kejadian tersebut kepada rakyatnya. Rakyat yang sangat mencintai Putri Mandalika segera mempersiapkan diri untuk berjaga-jaga dikhawatirkan mendapat serangan dari kerajaan Johor ataupun kerajaan Lipur.

Akhirnya, Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting berbicara kepada anaknya, Putri Mandalika. Namun keputusan Putri Mandalika tidak berubah dengan keputusan awal. Putri Mandalika meminta waktu kepada Raja dan Permaisuri untuk bersemedi meminta petunjuk kepada Sang Pencipta untuk menetapkan keputusan. Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting memberikan restu kepada anaknya untuk mencari jawabannya sendiri. Kepercayaan mereka berikan kepada Putri Mandalika untuk bersemedi. Persemidiannya membuatnya hilang dari pengaruh Senggeger Utusaning Alloh dan Senggeger Jaring Sutra. Dalam waktu dua sampai tiga hari, Putri Mandalika mendapat petunjuk untuk mengumpulkan semua orang pada tanggal 20 bulan 10 tahun penanggalan sasak.

Putri Mandalika memberitahukan hasil persemediannya kepada Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting bahwa ia akan mengumumkan keputusannya pada tanggal 20 bulan 10 tahun penanggalan sasak. Ia meminta untuk dikumpulkan semua orang yang melamarnya dan seluruh rakyat Kerajaan Tunjung Bitu di Pantai Sengger sebelum waktu fajar. Raja Tonjang Bitu dan Dewi Seranting menuruti kehendak putrinya atas hasil persemediannya kepada Sang Pencipta. Seluruh pasukan perangnya dikerahkan untuk mengawal Putri Mandalika.

Pada tanggal yang sudah ditentukan, Pantai Sengger ramai dengan ribuan orang yang memadati area tersebut. Pangeran dari berbagi kerajaan dan rakyat Kerajaan Tunjung Bitu menantikan kedatangan Putri Mandalika. Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba tepat sesuai dengan waktu pada janjinya. Terlihat kegelisahan-kegelisahan diantara raut-raut wajah yang menantikan keputusan Putri Mandalika. Emosi berubah menjadi kesejukan setelah melihat wajah Putri Mandalikan yang meredam emosi.

Pasukan kerajaan mengawal ketat kedatangan Putri Mandalika. Tampak kemalu-maluan di wajah Pangeran Datu Teruan dan Pangeran Maliawang yang melihat secara langsung kekuatan Kerajaan Tunjung Bitu yang juga didukung oleh seluruh rakyat yang mencintai Putri Mandalika.

Putri Mandalika naik ke tempat tinggi di sisi Pantai Sengger, suasana menjadi hening ingin mendengar ucapan sang putri. Akhirnya Putri Mandalika mulai berbicara.

“Ibunda terpuja… Ayahanda yang mulia… Serta semua rakyatku yang ku cinta… Begitu pula para Pangeran yang mencintaiku…”

Diantara angin yang kencang dan hujan yang mulai turun, Putri Mandalika terus melanjutkan pembicaraannya.

“Aku ditakdirkan bukan untuk dimiliki oleh salah satu dari kalian… Aku ditakdirkan untuk kalian miliki bersama… Aku mencintai kalian semua… Aku tidak ingin kecantikanku menjadi malapetaka di bumi yang kucinta… Cinta itu harus membawa bahagia, bukan bencana… Karenanya aku lebih menerima takdirku sebagai Nyale agar kalian semua bisa memilikiku bersama-sama…”

Suasana mulai terdengar gaduh, sayup-sayup suara Putri Mandalika mulai terdengar samar dari kejauhan. Kegaduhan satu dengan lainnya membuat semua orang tidak lagi memperhatikan Putri Mandalika, hingga beberapa saat mereka tersadar bahwa Putri Mandalika tidak ada ditempat semula ia berbicara. Mereka mulai mencari Putri Mandalika, mereka menduga Putri Mandalika melompat ke dalam laut. Akhirnya semua orang mencari Putri Mandalika hingga dasar laut. Namun yang mereka temukan hanyalah Nyale yang berserakan dan timbul dari bebatuan laut Pantai Sengger.

Hingga saat ini, upacara Nyale masih dilaksanakan oleh penduduk Pantai Sengger. Para penduduk berlomba-lomba mendapatkan Nyale (cacing berwarna-warni) karena dianggap akan mendapatkan cinta dari Putri Mandalika.


Pengembangan Versi Cerita Oleh : HOLIT MP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar