“DILEMA CINTA”
Dewi Seranting, seorang permaisuri Kerajaan Tunjung Bitu sangat beruntung memiliki putri yang cantik jelita hasil dari pernikahannya dengan Raja Tonjang Beru. Dewi Seranting menjadi permaisuri sebuah kerajaan di sekitar Pantai Seger yang memiliki keindahan alam yang luar biasa dan keaneka ragaman hasil karya dari buah-buah tangan yang kreatif, yaitu hasil tenun dan pernak-pernik yang berasal dari tanah liat.
Putri Mandalika, nama yang diberikan kepada putrinya. Tumbuh menjadi putri
yang sangat cantik dan cinta damai. Ramah, tidak sedikitpun terlihat
kesombongan dari wajah dan kepribadiannya. Seorang Putri Raja yang sangat
terkenal dengan keanggunannya ini, memiliki perilaku yang sangat cinta kepada
rakyatnya. Semua orang yang menatapnya selalu terpana akan keelokkan wajahnya.
Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting selalu memberikan pelajaran akhlak yang
bagus kepada putrinya, mereka tidak ingin kecantikan dan derajat mereka
menjadikan kesombongan duniawi.
Hari demi hari, Putri Mandalika bertumbuh menjadi Gadis yang aktif dan
pandai berkarya. Ia rajin menularkan kemahirannya dalam membuat kain tenun dan
membuat pernak-pernik tanah liat kepada rakyatnya. Berkat keuletan dan
kesabarannya, tidak sedikit rakyatnya mendapatkan keahlian kerajinan tangan
dari Putri Mandalika. Sampai-sampai hasil karya dari Kerajaan Tunjung Bitu
dikenal sampai kerajaan-kerajaan besar tetangga. Kerajaan Johor lebih dahulu
terpikat dengan hasil karya dari kerajaan Tunjung Bitu. Informasi mengenai
hasil karya Kerajaan Tunjung Bitu semakin mencuat hingga ke Kerajaan Lipur,
Pane, Kuripan, Daha, Beru dan kerajaan-kerajaan lainnya.
Hasil karya kerajaan Tunjung Bitu semakin terkenal, ketika semua orang tahu
bahwa kain tenun kerajaan Tunjung Bitu dan Pernak-pernik tanah liat dibuat oleh
seorang putri raja yang cantik rupawan. Lama-kelamaan kekaguman Tunjung Bitu
tertuju kepada kecantikan Putri Mandalika. Semua pengeran kerajaan saling
membicarakan kekaguman mereka atas kecantikan dan kebaikan Putri Mandalika.
Pembicaraan kecantikan Putri Mandalika membuat Dewi Seranting gelisah.
Kedekatatan hubungan perdagangan Kerajaan Johor membuat Pangerannya
berkeyakinan akan dapat meluluhkan hati Putri Mandalika. Namun ternyata,
lamaran kepada Putri Mandalika bukan hanya datang dari Kerajaan Johor. Tapi juga
kerajaan Lipur, Pane, Kuripan, Daha dan Beru yang juga ingin mendapatkan Putri
Mandalika untuk dijadikan permaisuri kerjaannya. Kebesaran cinta Putri
Mandalika tidak bisa menyakiti hati orang-orang yang mencintainya, tidak
satupun ia terima dan tidak satupun ditolaknya lamaran kepada dirinya.
Perlakuan Putri Mandalika justru membuat para pangeran kerajaan merasa
dipermaikan. Akhirnya Putri Mandalika menjelaskan persoalannya satu-persatu
kepada para pangeran yang melamarnya. Keresahan yang kuat dirasakan oleh Dewi
Seranting, ia mendapat kabar bahwa Pangeran Datu Teruna dari kerajaan Johor
tidak menerima perlakuan anaknya. Ia mengancam akan membuat Kerajaan Tunjung
Bitu menjadi porak poranda apabila lamarannya ditolak. Hal itu diceritakannya
kepada Sang Raja, Raja Tonjang Beru.
Raja mendapat tawaran bantuan dari Kerajaan Lipur atas ancaman dari Kerjaan
Johor, namun dengan perjanjian imbalan bahwa Putri Mandalika harus menerima
lamaran Pangeran Maliawang dari Kerajaan Lipur. Kabar tersebut terdengar oleh
Pangeran Datu Taruna yang membuatnya marah kepada Pangeran Maliawang. Pangeran
Datu Taruna merasa ditantang oleh Kerajaan Lipur. Kejadiannya semakin rumit
dirasakan oleh Dewi Seranting. Sementara empat kerajaan lainnya sudah menerima
kebijakan Putri Mandalika yang tidak menginginkan persaingan diantara semua
kerajaan hanya karena ingin mendapatkan dirinya.
Raja Tonjang Beru semakin bingung menghadapi dua Kerajaan Besar sekaligus.
Ia mengutus utusannya untuk memaklumi keputusan putrinya. Pangeran Datu Taruna
mengutus Arya Bumbang untuk menjawab pesan dari Raja Tonjang Beru. Arya Bawal
dan Arya Tebuik untuk menyampaikan pesan bahwa Pangeran Datu Taruna tidak bisa
menerima keputusan Putri Mandalika yang dianggap telah meremehkan kerajaan
Johor. Sedangkan Pangeran Maliawang mengutus Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan
pesan bahwa Kerajaan Tonjang Beru dianggap menghina Kerajaan Lipur atas
penolakan bantuannya terlebih penolakan lamarannya. Ketegangan semakin
menjadi ketika Pangeran Datu Teruna memasang Senggeger utusaning Alloh. Tak
ingin kalah, Pangeran Maliawang pun melepaskan Senggeger Jaring Sutra. Kedua
ilmu pelet tersebut membuat Putri Mandalika mabuk kepayang kepada kedua
Pangeran Tersebut. Kepanikan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting semakin
menjadi, hingga mengumumkan kejadian tersebut kepada rakyatnya. Rakyat yang
sangat mencintai Putri Mandalika segera mempersiapkan diri untuk berjaga-jaga
dikhawatirkan mendapat serangan dari kerajaan Johor ataupun kerajaan Lipur.
Akhirnya, Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting berbicara kepada anaknya,
Putri Mandalika. Namun
keputusan Putri Mandalika tidak berubah dengan keputusan awal. Putri Mandalika
meminta waktu kepada Raja dan Permaisuri untuk bersemedi meminta petunjuk
kepada Sang Pencipta untuk menetapkan keputusan. Raja Tonjang Beru dan Dewi
Seranting memberikan restu kepada anaknya untuk mencari jawabannya sendiri.
Kepercayaan mereka berikan kepada Putri Mandalika untuk bersemedi.
Persemidiannya membuatnya hilang dari pengaruh Senggeger Utusaning Alloh dan
Senggeger Jaring Sutra. Dalam waktu dua sampai tiga hari, Putri Mandalika
mendapat petunjuk untuk mengumpulkan semua orang pada tanggal 20 bulan 10 tahun
penanggalan sasak.
Putri Mandalika memberitahukan hasil
persemediannya kepada Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting bahwa ia akan
mengumumkan keputusannya pada tanggal 20 bulan 10 tahun penanggalan sasak. Ia
meminta untuk dikumpulkan semua orang yang melamarnya dan seluruh rakyat
Kerajaan Tunjung Bitu di Pantai Sengger sebelum waktu fajar. Raja Tonjang Bitu
dan Dewi Seranting menuruti kehendak putrinya atas hasil persemediannya kepada
Sang Pencipta. Seluruh pasukan perangnya dikerahkan untuk mengawal Putri
Mandalika.
Pada tanggal yang sudah ditentukan, Pantai
Sengger ramai dengan ribuan orang yang memadati area tersebut. Pangeran dari
berbagi kerajaan dan rakyat Kerajaan Tunjung Bitu menantikan kedatangan Putri
Mandalika. Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba tepat sesuai dengan waktu pada
janjinya. Terlihat kegelisahan-kegelisahan diantara raut-raut wajah yang
menantikan keputusan Putri Mandalika. Emosi berubah menjadi kesejukan setelah
melihat wajah Putri Mandalikan yang meredam emosi.
Pasukan kerajaan mengawal ketat kedatangan
Putri Mandalika. Tampak kemalu-maluan di wajah Pangeran Datu Teruan dan
Pangeran Maliawang yang melihat secara langsung kekuatan Kerajaan Tunjung Bitu
yang juga didukung oleh seluruh rakyat yang mencintai Putri Mandalika.
Putri Mandalika naik ke tempat tinggi di
sisi Pantai Sengger, suasana menjadi hening ingin mendengar ucapan sang putri.
Akhirnya Putri Mandalika mulai berbicara.
“Ibunda
terpuja… Ayahanda yang mulia… Serta semua rakyatku yang ku cinta… Begitu pula
para Pangeran yang mencintaiku…”
Diantara angin yang kencang dan hujan yang
mulai turun, Putri Mandalika terus melanjutkan pembicaraannya.
“Aku
ditakdirkan bukan untuk dimiliki oleh salah satu dari kalian… Aku ditakdirkan
untuk kalian miliki bersama… Aku mencintai kalian semua… Aku tidak ingin
kecantikanku menjadi malapetaka di bumi yang kucinta… Cinta itu harus membawa
bahagia, bukan bencana… Karenanya aku lebih menerima takdirku sebagai Nyale
agar kalian semua bisa memilikiku bersama-sama…”
Suasana mulai terdengar gaduh, sayup-sayup
suara Putri Mandalika mulai terdengar samar dari kejauhan. Kegaduhan satu
dengan lainnya membuat semua orang tidak lagi memperhatikan Putri Mandalika,
hingga beberapa saat mereka tersadar bahwa Putri Mandalika tidak ada ditempat
semula ia berbicara. Mereka mulai mencari Putri Mandalika, mereka menduga Putri
Mandalika melompat ke dalam laut. Akhirnya semua orang mencari Putri Mandalika
hingga dasar laut. Namun yang mereka temukan hanyalah Nyale yang berserakan dan
timbul dari bebatuan laut Pantai Sengger.
Hingga saat ini, upacara Nyale masih
dilaksanakan oleh penduduk Pantai Sengger. Para penduduk berlomba-lomba
mendapatkan Nyale (cacing berwarna-warni) karena dianggap akan mendapatkan
cinta dari Putri Mandalika.
Pengembangan Versi Cerita Oleh : HOLIT MP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar